Minggu, 06 April 2014

Worship Matters (Ringkasan #1)

Catatan berikut ini merupakan ringkasan buku Worship Matters karangan Bob Kauflin. Saya ingin membagikan apa yang saya nikmati dari buku ini (di bagian 1). Semoga bermanfat bagi kita, khususnya bagi pribadi yang terlibat dalam pelayanan ibadah atau pelayanan pujian dan musik. Selamat membaca.

Bagian 1 : Sang Pemimpin
Bab 1: Hal-Hal Penting
Jangan menggenggam sesuatu pun bagi diri Anda.
Di bagian ini Bob Kauflin menjelaskan tentang apa yang bermakna. Dimulai dengan pergumulan-pergumulannya sebagai pemimpin ibadah. Di mana suatu ketika ia pernah merasa hampa. Gersang. Tak bermakna. Menjadi pemimpin ibadah adalah hal yang dilakukan berulang-ulang. Di samping itu, ia juga berpikir bahwa memimpin umat Tuhan dalam ibadah adalah hal yang memuaskan, menyenangkan, penuh binar-binar semangat, dan mengubah kehidupan.
Menurutnya, pergumulan lain yang dialami oleh pemimpin ibadah bisa berupa: menghadapi kritik dari jemaat, menegur pemain musik yang sombong, mengajarkan lagu baru kepada jemaat, merasa seperti orang munafik ketika memimpin ibadah. Tidak memiliki cukup waktu untuk merencanakan, mempersiapkan, belajar, dan berlatih dengan tim musik.
Di bagian akhir, Bob memberikan masukan bagi para pemimpin ibadah, baik pemula maupun yang sudah sering melayani, agar tidak mengalami —merasa semua hampa, gersang, tak bermakna—seperti yang pernah ia rasakan. Namun, dalam anugrah Tuhan, ia pernah diingatkan bahwa, “Seperti itulah kalau tanpa Aku—tak bermakna.”
             Ibadah itu bermakna. Ibadah bermakna bagi Allah karena Dialah satu-satunya yang layak disembah. Ibadah bermakna bagi kita karena menyembah Allah adalah tujuan kita diciptakan. Dan ibadah bermakna bagi pemimpin ibadah karena tidak ada kehormatan yang lebih tinggi daripada  memimpin orang-orang untuk menatap kebesaran Allah. Oleh karena itu, penting sekali untuk memikirkan dengan cermat, apa yang kita lakukan, dan mengapa kita melakukannya.


Bab 2: Hatiku. Apa yang kukasihi?
Tantangan terbesar apakah yang Anda hadapi sekarang sebagai pemimpin ibadah? Mungkin memilih lagu, relasi dengan pendeta di gereja, menerima masukan dari jemaat, atau memimpin tim musik yang anggotanya individualistis?
Bukan! Tantangan Anda yang terbesar berkaitan dengan apa yang Anda sendiri bawa ke mimbar setiap Minggu. Hati Anda.
Kita masing-masing mengalami peperangan yang bergejolak di dalam diri kita menyangkut apa yang paling kita kasihi —Tuhan atau sesuatu yang lain?
Jika ada sesuatu yang lebih kita cintai dan utamakan, dan sesuatu itu menggantikan Tuhan dalam hidup kita, berarti kita sedang terlibat dalam penyembahan berhala.
Firman Tuhan mengatakan bahwa penyembahan berhala adalah perangkap terbesar yang dihadapi umat Tuhan. Berhala membelenggu kita dan membuat kita malu (Yesaya 45:16, Mazmur 106:37). Berhala tidak dapat menolong kita; malahan membuat kita sama seperti dirinya (Mazmur 115:8).
Ada banyak berhala. Bentuknya bermacam-macam – kenyamanan lahiriah, jaminan keuangan, kenikmatan seksual. Para musisi memiliki berhalanya masing-masing – popularitas, musik, keunggulan akademis, peralatan elektronik terbaru dan tercanggih, pakaian yang sedang trend. Berhala yang paling kuat adalah yang paling tidak terlihat – hal-hal seperti reputasi, kuasa, dan pengaruh.
Menarik, di bab ini Bob Kauflin menceritakan kisah pergumulannya dalam hal mencintai diri sendiri, bukan mengasihi Tuhan. Ia mengaku, ia ingin orang-orang memujanya –mengakuinya, mengaguminya, dan menghujaninya dengan tepuk tangan. Keinginan untuk mencuri kemuliaan Tuhan. Hingga ia kalah. Sampai-sampai berpengaruh pada fisiknya –ia sakit . Merasa total tidak berdaya. Hal yang bisa kita pelajari dari pengalamannya adalah jangan merampas kemuliaan Tuhan –kita pasti kalah.
Tuhan ingin kita mengasihi Dia lebih daripada musik dan alat musik, lebih daripada semua yang kita miliki, lebih daripada hidup kita sendiri. Kita tidak dapat mengasihi hal-hal lainnya secara benar kalau kita belum mengasihi Tuhan lebih daripada semuanya itu.
            Bagaimana saya mengetahui mengetahui apa yang paling saya cintai? Dengan melihat kehidupan saya di luar hari Minggu. Apa yang paling saya nikmati? Kebanyakan dari waktu yang saya miliki digunakan untuk apa? Apa yang saya pikirkan di waktu luang? Apa yang membuat saya bersemangat? Apa yang saya beli? Apa yang membuat saya kesal kalau tidak berhasil memperolehnya? Kehilangan apa yang cenderung membuat saya depresi? Kehilangan apa yang paling saya takuti? Jawaban atas semua itu akan menunjukkan siapa yang sebenarnya kita sembah – Allah atau berhala.


(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar