Sabtu, 03 Agustus 2013

Berhenti berharap

Aku selalu diajari untuk tidak pernah menyerah saat menghadapi tantangan. Dulu, di kelas, guru sering bilang jangan menyerah sebelum mencoba. Saat masa-masa mencari kerja dan hampir putus asa, teman-teman selalu bilang jangan menyerah. Hidup memang selalu disuguhi tantang dan masalah. Sering terjadi bahwa kenyataan tidak berjalan sesuai harapan kita. Dan ini membuatku menjadi letih. Rasanya masalah yang satu belum selesai sudah datang masalah baru. Kalau dalam kondisi seperti ini, biasanya aku sering berpikir lebih baik aku kembali menjadi anak kecil, yang hidupnya terasa menyenangkan setiap hari. Namun, sampai di sini aku masih bisa menghadapinya.
Waktu berjalan. Usia bertambah. Kata orang, masalah bukannya berkurang malah semakin kompleks dan rumit. Benar saja. Di usiaku yang sudah melewati seperempat abad aku selalu mendapatkan pertanyaan apakah aku sudah berkeluarga. Tentu kujawab belum. Lalu kapan? Pertanyaan lain pun menyusul. Kekasih pun belum, biasanya aku menjawab dalam hati. Mengenai ini aku mempunyai pengalaman yang menyedihkan. Selalu berakhir pada patah hati. Beberapakali aku berkenalan dengan seorang perempuan, namun...ya, begitulah. Aku tidak mau menceritakannya lagi.
Bagaimana dengan harapan? Mungkin aku belum berani melangkah lagi? Aku mempertanyakan ini pada diriku sendiri. Semacam koreksi diri. Mungkin saja aku memang berharap bertemu seseorang, namun aku belum move on. Kupikir harapan dan move on adalah dua bersaudara yang saling mendukung. Tanpa salah satunya, yang lain tidak berarti. Ini masalah hati. Hati itu luas. Ini masalah yang tidak bisa diselesaikan dari salah satu sisi saja.
Berhenti berharap. Nah itulah yang kumaksud. Berhenti berharap tidak selamanya salah. Bergantung dari sisi mana kita melihat. Kalau soal melupakan, wajar. Kita tidak mungkin mengharapkan terus-menerus orang yang mustahil bisa hidup bersama dengan kita. Berhenti berharap untuk mencari yang lain, ini yang kurang tepat. Harusnya kita perlu berharap. Berharap menemukan seseorang yang tepat.
Semoga saja yang membaca ini memahami apa yang kusampaikan. Sebab, aku agak sulit menjelaskan apa yang ingin kukatakan. Aku juga yakin ini bukan masalah yang 'hanya aku yang mengalaminya'. Hampir semua orang pernah mengalami patah hati. Entah karena seseorang entah karena sesuatu. Entahlah.